Sejarah
dan Asal usul Lombok
Banyak hal yang
menarik untuk dibicarakan mengenai kehidupan di pulau Lombok, khususnya
mengenai sejarah asal usul masyarakat, kerajaan yang pernah ada, keyakinan dan
agama, hingga objek wisata yang di tawarkan. Sehingga dalam kesempatan ini saya
mencoba mengangkat sebuah tema mengenai beberapa hal yang ada di pulau Lombok.
Berikut penjelasannya:
1.
Pendahuluan
Lombok (penduduk pada tahun 1990: 2.403.025) adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelah barat dan Selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa. Pulau ini kurang lebih bulat bentuknya dengan semacam “ekor” di sisi barat daya yang panjangnya kurang lebih 70 km. Pulau ini luasnya adalah 4.725 km² (sedikit lebih kecil daripada Bali). Kota utama di pulau ini adalah Kota Mataram.
Lombok (penduduk pada tahun 1990: 2.403.025) adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelah barat dan Selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa. Pulau ini kurang lebih bulat bentuknya dengan semacam “ekor” di sisi barat daya yang panjangnya kurang lebih 70 km. Pulau ini luasnya adalah 4.725 km² (sedikit lebih kecil daripada Bali). Kota utama di pulau ini adalah Kota Mataram.
Selat Lombok menandai
jalan masuk dari pemisah biogeografis antara fauna di wilayah Indomalay dan
perbedaan fauna yang sangat jelas di Australasia dikenal dengan Wallace line,
diambil dari nama penemunya Alfred Russel Wallace.
Pemetaan pulau Lombok
didominasi oleh stratovolcano Gunung Rinjani, yang mencapai tinggi 3.726m
(12.224 kaki), yang membuat Gunung Rinjani menjadi gunung tertinggi ketiga di
Indonesia. Di lembah Gunung Rinjani, Anda akan menemukan hutan hijau yang
rimbun, sawah dan air terjun yang indah.
Pusat keramaian yang
paling berkembang di sebelah barat adalah Senggigi, tersebar 30 kilometer
sepanjang jalan pantai disebelah utara Mataram, Sementara para divers biasanya
berkumpul bersama di Gili, yang berada di pantai barat.
Bagian selatan dari
pulau Lombok adalah tanah yang subur dimana jagung, kopi, tembakau dan kapas
tumbuh. Salah satu tujuan wisata yang populer adalah Kuta, terkenal dengan
pantai yang belum tersentuh dan beberapa orang menganggap pantai ini adalah
salah satu tempat berselancar terbaik di dunia.
Dalam total area
sebesar 4.752km2 (1.825 sq mi) terdapat 2.950.105 orang (2005), 85% adalah suku
Sasak, yang awalnya diperkirakan berpindah dari Jawa pada awal abad sebelum
Masehi. Sejak populasi suku Sasak mempelajari Islam, pemandangan di pulau
Lombok mulai banyak dipenuhi dengan Masjid-masjid dan menaranya, dan di desa
tradisional suku Sasak, Anda bisa menemukan kehidupan pedesaan dengan budayanya
yang unik. Penduduk lain termasuk 10-15% orang Bali, dengan selebihnya adalah
orang Cina, Arab, Jawa dan Sumbawa.
2.
Sejarah awal mula
Era Pra Sejarah tanah Lombok tidak jelas karena sampai saat ini belum ada data-data dari para ahli serta bukti yang dapat menunjang tentang masa pra sejarah tanah Lombok ini.
Era Pra Sejarah tanah Lombok tidak jelas karena sampai saat ini belum ada data-data dari para ahli serta bukti yang dapat menunjang tentang masa pra sejarah tanah Lombok ini.
Suku Sasak temasuk
dalam ras tipe Melayu yang konon telah tinggal di Lombok selama 2.000 tahun
yang lalu dan diperkirakan telah menduduki daerah pesisir pantai sejak 4.000
tahun yang lalu. Dengan demikian perdagangan antar pulau sudah aktif sejak
zaman tersebut dan bersamaan dengan itu saling mempengaruhi antarbudaya juga
telah menyebar.
Lombok
Mirah Sasak Adi adalah salah
satu kutipan dari kita Negarakertagama, sebuah kitab yang memuat tentang
kekuasaan dan pemerintahaan kerajaan Majapahit. Kata “Lombok” dalam bahasa kawi
berarti lurus atau jujur, kata “mirah” berarti permata, kata “sasak” berarti
kenyataan, dan kata “adi” artinya yang baik atau yang utama. Maka arti
keseluruhannya yaitu kejujuran adalah permata kenyataan yang baik atau utama.
Makna filosofi itulah mungkin yang selalu di idamkan leluhur penghuni tanah
Lombok yang tercipta sebagai bentuk kearifan lokal yang harus dijaga dan
dilestariakan oleh anak cucunya (Sasak children).
Dalam kitab – kitab lama, nama Lombok dijumpai disebut Lombok mirah dan Lombok
adi . Beberapa lontar Lombok juga menyebut Lombok dengan gumi selaparang atau
selapawis.
Asal-usul penduduk
pulau Lombok terdapat di beberapa versi, salah satunya yaitu kata “sasak”
secara etimilogis menurut Dr. Goris. s. berasal dari kata “sah” yang berarti
pergi dan “shaka” yang berarti leluhur. Berarti pergi ke tanah leluhur orang
Sasak (Lombok). Dari etimologis ini di duga leluhur orang Sasak adalah orang
Jawa. Terbukti pula dari tulisan Sasak yang oleh penduduk Lombok disebut
Jejawan, yakni aksara Jawa yang selengkapnya diresepsi oleh kesusastraan Sasak.
Sasak traditional
merupakan etnis mayoritas penghuni pulau Lombok, suku Sasak merupakan etnis
utama meliputi hampir 95% penduduk seluruhnya. Bukti lain juga menyatakan bahwa
berdasarkan prasasti tong – tong yang ditemukan di Pujungan, Bali, Suku Sasak
sudah menghuni pulau Lombok sejak abad IX sampai XI Masehi, Kata Sasak pada
prasasti tersebut mengacu pada tempat suku bangsa atau penduduk seperti
kebiasaan orang Bali sampai saat ini sering menyebut pulau Lombok dengan gumi
sasak yang berarti tanah, bumi atau pulau tempat bermukimnya orang Sasak.
Sejarah Lombok tidak
lepas dari silih bergantinya penguasaan dan peperangan yang terjadi di dalamnya
baik konflik internal, yaitu peperangan antar kerajaan di Lombok maupun
ekternal yaitu penguasaan dari kerajaan di luar pulau Lombok. Perkembangan era
Hindu, Buddha, memunculkan beberapa kerajaan seperti Selaparang Hindu, dan
Bayan. Kerajaan-kerajaan tersebut dalam perjalannya di tundukan oleh penguasa
dari kerajaan Majapahit saat ekspedisi Gajah Mada di abad XIII – XIV dan
penguasaan kerajaan Gel – Gel dari Bali pada abad VI.
Antara Jawa, Bali dan
Lombok mempunyai beberapa kesamaan budaya seperti dalam bahasa dan tulisan.
Jika di telusuri asal – usul mereka banyak berakar dari Hindu Jawa. Hal itu
tidak lepas dari pengaruh penguasaan kerajaan Majapahit yang kemungkinan
mengirimkan anggota keluarganya untuk memerintah atau membangun kerajaan di
Lombok. Pengaruh Bali memang sangat kental dalam kebudayaan Lombok hal tersebut
tidak lepas dari ekspansi yang dilakukan oleh kerajaan Bali sekitar tahun 1740
di bagian barat pulau Lombok dalam waktu yang cukup lama. Sehingga banyak
terjadi akulturasi antara budaya lokal dengan kebudayaan kaum pendatang. Hal
tersebut dapat dilihat dari terjelmanya genre – genre campuran dalam kesenian.
Banyak genre seni pertunjukan tradisional berasal atau diambil dari tradisi
seni pertunjukan dari kedua etnik. Sasak dan Bali saling mengambil dan meminjam
sehingga terciptalah genre kesenian baru yang menarik dan saling melengkapi.
Gumi Sasak silih
berganti mengalami peralihan kekuasaan hingga ke era Islam yang melahirkan
kerajaan Islam Selaparang dan Pejanggik. Ada beberapa versi masuknya Islam ke
Lombok sepanjang abad XVI Masehi. Yang pertama berasal dari Jawa dengan cara
Islam masuk lewat Lombok timur. Yang kedua peng-Islaman berasal dari Makassar
dan Sumbawa. Ketika ajaran tersebut diterima oleh kaum bangsawan ajaran
tersebut dengan cepat menyebar ke kerajaan–kerajaan di Lombok timur dan Lombok
tengah.
Mayoritas etnis sasak
beragama Islam, namun demikian dalam kenyataanya pengaruh Islam juga
berakulturasi dengan kepercayaan lokal sehingga terbentuk aliran seperti wektu
telu, jika dianalogikan seperti abangan di Jawa. Pada saat ini keberadaan wektu
telu sudah kurang mendapat tempat karena tidak sesuai dengan syariat Islam.
Pengaruh Islam yang kuat menggeser kekuasaan Hindu di pulau Lombok, hingga saat
ini dapat dilihat keberadaannya hanya di bagian barat pulau Lombok saja
khususnya di kota Mataram.
Silih bergantinya
penguasaan di Pulau Lombok dan masuknya pengaruh budaya lain membawa dampak
semakin kaya dan beragamnya khasanah kebudayaan Sasak. Sebagai bentuk dari
Pertemuan (difusi, akulturasi, inkulturasi) kebudayaan. Seperti dalam hal
kesenian, bentuk kesenian di Lombok sangat beragam. Kesenian asli dan pendatang
saling melengakapi sehingga tercipta genre-genre baru. Pengaruh yang paling
terasa berakulturasi dengan kesenian lokal yaitu kesenian bali dan pengaruh
kebudayaan Islam. Keduanya membawa kontribusi yang besar terhadap perkembangan
kesenian-kesenian yang ada di Lombok hingga saat ini. Implementasi dari
pertemuan kebudayaan dalam bidang kesenian yaitu, yang merupakan pengaruh Bali;
Kesenian Cepung, cupak gerantang, Tari jangger, Gamelan Thokol, dan yang
merupakan pengaru Islam yaitu kesenian Rudad, Cilokaq, Wayang Sasak, Gamelan
Rebana.
3.
Kajian tentang kerajaan-kerajaan di Lombok
Di antara sumber sejarah yang bisa digunakan untuk menjelaskan asal usul dari Lombok adalah Babad Lombok. Menurut Babad Lombok, kerajaan tertua di pulau Lombok bernama Kerajaan Laeq. Tapi, sumber lain, yaitu Babad Suwung menyatakan bahwa, bahwa kerajaan tertua di Lombok adalah kerajaan Suwung yang dibangun dan diperintah oleh Raja Betara Indera. Setelah Kerajaan Suwung ini surut, baru muncul Kerajaan Lombok. Mana yang benar, Laeq atau Suwung? Semuanya masih dalam perdebatan.
Di antara sumber sejarah yang bisa digunakan untuk menjelaskan asal usul dari Lombok adalah Babad Lombok. Menurut Babad Lombok, kerajaan tertua di pulau Lombok bernama Kerajaan Laeq. Tapi, sumber lain, yaitu Babad Suwung menyatakan bahwa, bahwa kerajaan tertua di Lombok adalah kerajaan Suwung yang dibangun dan diperintah oleh Raja Betara Indera. Setelah Kerajaan Suwung ini surut, baru muncul Kerajaan Lombok. Mana yang benar, Laeq atau Suwung? Semuanya masih dalam perdebatan.
Secara selintas,
urutan berdirinya kerajaan-kerajaan di daerah ini bisa dirunut sebagai berikut,
dengan catatan bahwa ini bukan satu-satunya versi yang berkembang. Pada
awalnya, kerajaan yang berdiri adalah Laeq. Diperkirakan, posisinya berada di
kecamatan Sambalia, Lombok Timur. Dalam perkembangannya, kemudian terjadi
migrasi, masyarakat Laeq berpindah dan membangun sebuah kerajaan baru, yaitu
kerajaan Pamatan, di Aikmel, desa Sembalun sekarang. Lokasi desa ini berdekatan
dengan Gunung Rinjani. Suatu ketika, Gunung Rinjani meletus, menghancurkan desa
dan kerajaan yang berada di sekitarnya. Para penduduk menyebar menyelamatkan
diri ke wilayah aman. Perpindahan tersebut menandai berakhirnya kerajaan
Pamatan.
Setelah Pamatan
berakhir, muncullah kerajaan Suwung yang didirikan oleh Batara Indera. Lokasi
kerajaan ini terletak di daerah Perigi saat ini. Setelah kerajaan Suwung
berakhir, barulah kemudian muncul kerajaan Lombok. Seiring perjalanan sejarah,
kerajaan Lombok kemudian mengalami kehancuran akibat serangan tentara Majapahit
pada tahun 1357 M. Raden Maspahit, penguasa kerajaan Lombok melarikan diri ke
dalam hutan. Ketika tentara Majapahit kembali ke Jawa, Raden Maspahit keluar
dari hutan dan mendirikan kerajaan baru dengan nama Batu Parang. Dalam
perkembangannya, kerajaan ini kemudian lebih dikenal dengan nama Selaparang.
Berkaitan dengan
Selaparang, kerajaan ini terbagi dalam dua periode: pertama, periode Hindu yang
berlangsung dari abad ke-13 M, dan berakhir akibat ekspedisi kerajaan Majapahit
pada tahun 1357 M; dan kedua, periode Islam, berlangsung dari abad ke-16 M, dan
berakhir pada abad ke-18 (1740 M), setelah ditaklukkan oleh pasukan gabungan
kerajaan Karang Asem, Bali dan Banjar Getas.
Sebelum Abad ke 16
Lombok berada dalam kekuasan Majapahit, dengan dikirimkannya Maha Patih Gajah
Mada ke Lombok. Pada akhir abad ke 16 sampai awal abad ke 17, lombok banyak
dipengaruhi oleh Jawa Islam melalui dakwah yang dilakukan oleh Sunan Giri, juga
dipengaruhi oleh Makassar. Hal ini yang menyebabkan perubahan agama di suku
Sasak, yang sebelumnya Hindu menjadi Islam.
Pada awal abad ke 18
M, Lombok ditaklukkan oleh kerajaan Gel Gel Bali. Peninggalan Bali yang sangat
mudah dilihat adalah banyaknya komunitas Hindu Bali yang mendiami daerah
Mataram dan Lombok Barat. Beberapa Pura besar juga gampang di temukan di kedua
daerah ini. Lombok berhasil bebas dari pengaruh Gel Gel setelah terjadinya
pengusiran yang dilakukan kerajaan Selapang (Lombok Timur) dengan dibantu oleh
kerajaan yang ada di Sumbawa (pengaruh Makassar). Beberapa prajurit Sumbawa
kabarnya banyak yang akhirnya menetap di Lombok Timur, terbukti dengan adanya
beberapa desa di Tepi Timur Laut Lombok Timur yang penduduknya mayoritas
berbicara menggunakan bahasa Samawa.
Uraian di atas
setidaknya bisa menunjukkan bahwa, kerajaan-kerajaan tersebut benar-benar ada,
pernah berdiri, berkembang kemudian runtuh. Bagaimana informasi selanjutnya,
seperti kehidupan sosial budaya masyarakat awam dan keluarga istana saat itu?
Data sejarah yang ada belum banyak mengungkap fakta tersebut.
Menurut Lalu Djelenga,
catatan sejarah yang lebih berarti mengenai kerajaan-kerajaan di Lombok dimulai
dari masuknya ekspedisi Majapahit tahun 1343 M, di bawah pimpinan Mpu Nala.
Ekspedisi Mpu Nala ini dikirim oleh Gajah Mada sebagai bagian dari usahanya
untuk mempersatukan seluruh Nusantara di bawah bendera Majapahit. Pada tahun
1352 M, Gajah Mada datang ke Lombok untuk melihat sendiri perkembangan daerah
taklukannya.
Menurut Djelenga,
ekspedisi Majapahit ini meninggalkan jejak kerajaan Gel gel di Bali. Sedangkan
di Lombok, berdiri empat kerajaan utama yang saling bersaudara, yaitu: kerajaan
Bayan di barat, kerajaan Selaparang di Timur, kerajaan Langko di tengah, dan
kerajaan Pejanggik di selatan. Selain keempat kerajaan tersebut, terdapat
beberapa kerajaan kecil, seperti Parwa dan Sokong Samarkaton serta beberapa
desa kecil, seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, dan
Kentawang. Seluruh kerajaan dan desa ini takluk di bawah Majapahit. Ketika
Majapahit runtuh, kerajaan dan desa-desa ini kemudian menjadi wilayah yang
merdeka.
Di antara kerajaan dan
desa-desa di atas, yang paling terkemuka dan paling terkenal adalah kerajaan
Lombok yang berpusat di Labuhan Lombok. Pusat kerajaan ini terletak di Teluk
Lombok yang strategis, sangat indah dengan sumber air tawar yang banyak. Posisi
strategis dan banyaknya sumber air menyebabkannya banyak dikunjungi pedagang
dari berbagai negeri, seperti Palembang, Banten, Gresik, dan Sulawesi. Berkat
perdagangan yang ramai, maka kerajaan Lombok berkembang dengan cepat.
Kedatangan
Penjajah Belanda
Belanda telah datang dan berhasil menundukkan banyak kerajaan di nusantara. Watak imperialisme Belanda yang ingin menguasai seluruh jalur perdagangan di nusantara telah menimbulkan kemarahan Kerajaan Gowa di Sulawesi. Jalur perdagangan di utara telah dikuasai oleh Belanda. Untuk mencegah jatuhnya jalur selatan, kemudian Gowa berinisiatif menutup jalur selatan dengan menguasai Pulau Sumbawa dan Selaparang. Kedatangan penjajah Eropa juga membawa misi kristenisasi, karena itu, Gowa kemudian menaklukkan Flores Barat dan mendirikan Kerajaan Manggarai untuk mencegah kristenisasi tersebut.
Belanda telah datang dan berhasil menundukkan banyak kerajaan di nusantara. Watak imperialisme Belanda yang ingin menguasai seluruh jalur perdagangan di nusantara telah menimbulkan kemarahan Kerajaan Gowa di Sulawesi. Jalur perdagangan di utara telah dikuasai oleh Belanda. Untuk mencegah jatuhnya jalur selatan, kemudian Gowa berinisiatif menutup jalur selatan dengan menguasai Pulau Sumbawa dan Selaparang. Kedatangan penjajah Eropa juga membawa misi kristenisasi, karena itu, Gowa kemudian menaklukkan Flores Barat dan mendirikan Kerajaan Manggarai untuk mencegah kristenisasi tersebut.
Ekspansi Gowa
menimbulkan kekhawatiran Gelgel. Untuk mencegah agar Gelgel tidak dimanfaatkan
Belanda, maka Gowa kemudian mengadakan perjanjian dengan Gelgel tahun 1624 M,
yang disebut Perjanjian Sagining. Dalam perjanjian diatur, Gelgel tidak akan
mengadakan perjanjian kerjasama dengan Belanda, sementara Gowa akan melepaskan
kekuasaannya atas Selaparang. Perjanjian ini tidak berlangsung lama, karena
masing-masing pihak melanggar isi perjanjian tersebut.
Untuk mengimbangi Gelgel
yang bekerjasama dengan Belanda, kemudian Gowa bekerjasama dengan Mataram di
Jawa. Selanjutnya, dalam usaha untuk memperebutkan hegemoni, akhirnya pecah
peperangan antara Gowa dan Belanda di Lombok. Dalam perang tersebut, Gowa
mengalami kekalahan, hingga terpaksa menandatangani perjanjian dengan Belanda
di Bungaya. Bungaya merupakan sebuah tempat yang terletak dekat pusat Kerajaan
Gelgel di Klungkung, Bali, dan merupakan simbol dari dekatnya hubungan antara
Gelgel dengan Belanda.
Konsekwensi kekalahan
Gowa dari Belanda adalah, Gowa harus melepaskan seluruh daerah kekuasaannya di
Lombok, Sumbawa dan Bima. Memanfaatkan kekosongan Gowa tersebut, Gelgel kembali
mencoba menaklukkan Selaparang, namun selalu menemui kegagalan.
Walaupun Selaparang
telah berhasil mengalahkan Gelgel, namun, wilayah kerajaan ini belum sepenuhnya
aman dari ancaman eksternal. Dalam perkembangannya, kemudian berdiri dua
kerajaan baru pada tahun 1622 M, yaitu Kerajaan Pagutan dan Pagesangan. Untuk
mengantisipasi ancaman, kemudian Selaparang menempatkan sepasukan kecil tentara
untuk menjaga perbatasan di bawah pimpinan Patinglaga Deneq Wirabangsa.
Ternyata, kehancuran
Selaparang bukan karena serangan dua kerajaan kecil ini, tapi akibat serangan
ekspedisi tentara Kerajaan Karang Asem tahun 1672 M. Pusat Kerajaan Selaparang
rata dengan tanah, sementara keluarga kerajaan semuanya terbunuh. Sejak saat
itu, Kerajaan Karang Asem menjadi penguasa tunggal di Lombok.
4.
Kehidupan Sosial Budaya
Di masa Prabu Rangkesari, Lombok (Selaparang) mencapai masa kejayaannya. Saat itu, kehidupan budaya berkembang pesat. Para cerdik pandai dari Selaparang menguasai dengan baik bahasa Kawi, bahasa yang berkembang di nusantara ketika itu. Berkat kemajuan dalam dunia sastra tersebut, akhirnya, para cendekiawan Selaparang berhasil menciptakan aksara baru, yaitu aksara Sasak yang disebut Jejawen.
Di masa Prabu Rangkesari, Lombok (Selaparang) mencapai masa kejayaannya. Saat itu, kehidupan budaya berkembang pesat. Para cerdik pandai dari Selaparang menguasai dengan baik bahasa Kawi, bahasa yang berkembang di nusantara ketika itu. Berkat kemajuan dalam dunia sastra tersebut, akhirnya, para cendekiawan Selaparang berhasil menciptakan aksara baru, yaitu aksara Sasak yang disebut Jejawen.
Dengan bekal
pengetahuan bahasa Kawi, Sasak dan aksara Sasak, para sastrawan Selaparang
banyak mengarang, menggubah, mengadaptasi, atau menyalin sastra Jawa kuno ke
dalam lontar-lontar Sasak. Di antara lontar-lontar tersebut adalah Kotamgama,
Lapel Adam, Menak Berji dan Rengganis. Selain itu, para pujangga juga banyak
menyalin dan mengadaptasi ajaran sufi para walisongo. Salinan dan adaptasi
tersebut tampak dalam lontar-lontar yang berjudul Jatiswara, Lontar Nursada dan
Lontar Nurcahya. Bahkan hikayat-hikayat Melayu pun banyak yang disalin dan
diadaptasi, seperti Lontar Yusuf, Hikayat Amir Hamzah dan Hikayat Sidik Anak
Yatim.
Kajian yang lebih
mendalam terhadap lontar-lontar tersebut akan mampu mengungkap kondisi sosial,
budaya dan politik masyarakat Lombok pada saat itu. Dalam bidang sosial politik
misalnya, Lontar Kotamgama menggariskan sifat dan sikap seorang pemimpin, yakni
Danta, Danti, Kusuma, dan Warsa. Danta berarti gading gajah, artinya, apabila
dikeluarkan, tidak mungkin dimasukkan lagi; Danti berarti ludah, artinya,
apabila sudah dilontarkan ke tanah, tidak mungkin dijilat lagi; Kusuma berarti
kembang, artinya, bunga yang sama tidak mungkin mekar dua kali; Warsa artinya
hujan, artinya, apabila telah jatuh ke bumi, tidak mungkin naik kembali menjadi
awan. Itulah sebabnya, seorang raja atau pemimpin hendaknya berhati-hati dalam
setiap tindakan, agar tidak melakukan banyak kesalahan.
Demikianlah, Kerajaan
Selaparang muncul, berkembang kemudian runtuh. Walaupun demikian, sisa-sisa
peradaban tulis yang ditinggalkannya menunjukkan bahwa, kehidupan budaya di
negeri ini cukup semarak dan berkembang.
5.
Suku di Lombok (suku Sasak)
Jika diperhatikan secara fisik, suku Sasak ini lebih mirip orang Bali dibandingkan orang Sumbawa. Dari aspek ini bisa jadi orang Sasak berasal dari Bali. Sekarang tinggal di cari orang Bali berasal dari mana?
Jika diperhatikan secara fisik, suku Sasak ini lebih mirip orang Bali dibandingkan orang Sumbawa. Dari aspek ini bisa jadi orang Sasak berasal dari Bali. Sekarang tinggal di cari orang Bali berasal dari mana?
Berikut ini adalah
foto-foto sejarah koleksi Tropen Museum Royal Tropical
Institut sekitar abad 18-19, yang memuat kehidupan sosial
masyarakat Lombok di zaman kolonial Belanda:
Bukti
otentik suku Sasak
Beberapa minggu yang lalu, ada seorang yang mengirimkan ke saya sebuah bukti otentik asal usul suku Sasak yang disimpan keluarganya di Lombok Tengah. Bukti tersebut berupa silsilah keluarga yang berujung pada sebuah nama: Datu Pangeran Djajing Sorga (dari Majapahit, Kabangan, Jawa Timur). Dari bukti otentik tersebut, jelaslah terlihat bahwa suku Sasak yang mendiami Pulau Lombok, sebenarnya berasal dari Jawa.
Beberapa minggu yang lalu, ada seorang yang mengirimkan ke saya sebuah bukti otentik asal usul suku Sasak yang disimpan keluarganya di Lombok Tengah. Bukti tersebut berupa silsilah keluarga yang berujung pada sebuah nama: Datu Pangeran Djajing Sorga (dari Majapahit, Kabangan, Jawa Timur). Dari bukti otentik tersebut, jelaslah terlihat bahwa suku Sasak yang mendiami Pulau Lombok, sebenarnya berasal dari Jawa.
Bahasa
Bahasa Sasak, terutama aksara (bahasa tertulis) nya sangat dekat dengan aksara Jawa dan Bali, sama sama menggunakan aksara Ha Na Ca Ra Ka …dst. Tapi secara pelafalan cukup dekat dengan Bali.
Bahasa Sasak, terutama aksara (bahasa tertulis) nya sangat dekat dengan aksara Jawa dan Bali, sama sama menggunakan aksara Ha Na Ca Ra Ka …dst. Tapi secara pelafalan cukup dekat dengan Bali.
Menurut Ethnologue
yang mengumpulkan semua bahasa di dunia, bahasa Sasak merupakan keluarga
(Languages Family) dari Austronesian Malayo-Polynesian (MP), Nuclear MP,
Sunda-Sulawesi dan Bali-Sasak. Sementara kalau kita perhatikan secara langsung,
bahasa Sasak yang berkembang di Lombok ternyata sangat beragam, baik dialek
(cara pengucapan) maupun kosa katanya. Ini sangat unik dan bisa menunjukkan
banyaknya pengaruh dalam perkembangannya. Saat Pemerintah Kabupaten Lombok
Timur ingin membuat Kamus Sasak saja, mereka kewalahan dengan beragamnya bahasa
Sasak yang ada di lombok Timur, walaupun secara umum bisa diklasifikasikan ke
dalam: Kuto-Kute (Lombok Bagian Utara), Ngeto-Ngete (Lombok Bagian Tenggara),
Meno-Mene (Lombok Bagian Tengah), Ngeno-Ngene (Lombok Bagian Tengah),
Mriak-Mriku (Lombok Bagian Selatan). Dari aspek bahasa, Papuk Bloq, bisa jadi
berasal dari Jawa (Malayo-Polynesian), Vitname atau Philipine ( Austronesian),
atau dari Sulawesi (Sunda-Sulawesi). Semoga Dewan Adat Sasak segera
menerbitakan buku Sejarah Sasak dan merampungkan Kamus Bahasa Sasak.
6.
Kehidupan Spiritual di Lombok
Pengaruh Hindu – Buddha
Ajaran Hindu-Bali dibawa langsung oleh pemeluknya, para imigran dari Pulau Bali sejak permualaan abad ke 17 Masehi. Hindu-Bali adalah sinkretisasi ajaran Hindu-Buddha, yang juga disebut Siwa-Buddha. Menurut Sartono Kartodirjo (1975).
Pengaruh Hindu – Buddha
Ajaran Hindu-Bali dibawa langsung oleh pemeluknya, para imigran dari Pulau Bali sejak permualaan abad ke 17 Masehi. Hindu-Bali adalah sinkretisasi ajaran Hindu-Buddha, yang juga disebut Siwa-Buddha. Menurut Sartono Kartodirjo (1975).
Sebelum imigran dari
Bali datang, pulau yang molek dan subur ini, dinamakan Gumi Selaparang dan di
huni oleh orang Sasak. Sampai abad ke 17, terdapat dua buah kerajaan Sasak
yaitu Kerajaan Pejanggik di Lombok Tengah sebagai kerajaan pedalaman dan
kerajaan Selaparang sebagai kerajaan pesisir yang ibu kotanya di Kayangan,
Labuhan Lombok di Lombok Timur.
Memasuki abad ke 17
(1600an), secara bergelombang imigran dari Karang Asem- Bali datang ke Pulau
Lombok untuk membuka lahan pertanian dan mendirikan pemukiman. Penduduk baru
ini datang, selain karena kerajaanya diganggu oleh kerajaan kerajaan
tetangganya di Bali, juga karena wilayah tofografinya kurang menguntungkan
untuk pertanian, dengan kawasan tanah perbukitan. Pemukiman-pemukiman itu
dikenal dengan nama Sengkongok (di kaki Gunung Pengsong), Pagutan, Pagesangan,
dan Mataram (di Kodya Mataram) dan Tanaq Embet (di Senggigi).
Pengaruh
Islam
Pada awal mula masuknya agama Islam ke Pulau Lombok, penduduknya banyak yang menganut Animisme, tapi datangnya salah seorang kiyai dari Jawa yaitu Sunan Prapen maka beberapa tempat yang menjadi basisnya masih bisa ditemukan sampai sekarang.
Pada awal mula masuknya agama Islam ke Pulau Lombok, penduduknya banyak yang menganut Animisme, tapi datangnya salah seorang kiyai dari Jawa yaitu Sunan Prapen maka beberapa tempat yang menjadi basisnya masih bisa ditemukan sampai sekarang.
Dalam hal penyebaran
agama islam, mula-mula peranan para sufi sangat menentukan disamping para
pedagang yang berasal dari Gujarat, India. Para sufi itu datang dari Pulau Jawa
yang banyak membawa pengaruh dari Wali Songo. Kemudian menyusul dari
ajaran-ajaran tarekat syaikh Yusu Makassar, dll. Dari sumber ajaran Syaikh
Yusuf, ada yang diterima langsung pada saat beliau berada di Banten atau dari
para pengikut pengikutnya di Nusantara. Sedangkan dari syaikh yang lain
diterima langsung di Makkah pada saat para tuan guru dari Lombok, melaksanakan
ibadah haji dan bermukim disana beberapa tahun untuk memperdalam ilmunya.
Para Sufi yang
menyebarkan Islam yang berasal dari pengaruh Wali Songo meninggalkan kelompok
masyarakat yang kemudian disebut Wektu Telu (Waktu Tiga) untuk membedakannya
dengan yang lain, yang telah mengalami proses Islamisasi, yaitu Islam Waktu
Lima.
Ketika Raja Lombok
Prabu Mumbul meninggal dunia, ia digantikan oleh Prabu Rangkesari. Di masa
pemerintahan Rangkesari ini, putera Sunan Ratu Giri yang bernama Pangeran
Prapen datang ke Kerajaan Lombok untuk melakukan Islamisasi. Berdasarkan Babad
Lombok, Islamisasi ini merupakan upaya Raden Paku (Sunan Ratu Giri) dari Gresik
untuk menyebarkan Islam ke berbagai wilayah di Nusantara.
Pangeran Prapen
melakukan Islamisasi di Lombok dengan kekuatan senjata. Setelah orang-orang
Lombok masuk Islam, ia kemudian meneruskan upaya Islamisasi ke Bima dan
Sumbawa. Sepeninggal Pangeran Prapen, masyarakat Lombok kembali ke agama asal,
paganisme. Hal ini disebabkan kaum perempuan Lombok banyak yang belum memeluk
Islam, sehingga berhasil mempengaruhi keluarganya agar kembali ke agama asal.
Setelah berhasil
mendapatkan kemenangan di Sumbawa dan Bima, Pangeran Prapen kembali ke Lombok.
Dengan bantuan Raden Sumuliya dan Raden Salut, Pangeran Prapen kemudian
menyusun gerakan dakwah baru untuk mengislamkan Lombok dan berhasil mencapai
kesuksesan. Seluruh pulau Lombok berhasil diislamkan, kecuali di beberapa
tempat. Masyarakat yang menolak masuk Islam kemudian menyingkir ke
gunung-gunung, atau menjadi orang taklukan.
Selain Islamisasi,
peristiwa besar lainnya yang terjadi di masa pemerintahan Prabu Rangkesari
adalah pemindahan ibukota kerajaan, dari Labuhan ke desa Selaparang. Pemindahan
ibukota ini merupakan inisiatif Patih Banda Yuda dan Patih Singa Yuda, dengan
alasan, letak desa Selaparang lebih strategis dan aman dibanding Labuhan.
Dengan berpindahnya Kerajaan Lombok ke Selaparang, maka, kemudian kerajaan ini
juga dikenal dengan nama Kerajaan Selaparang.
Dalam uraian
sebelumnya dikemukakan bahwa, Kerajaan Selaparang terbagi dua periode yaitu (1)
periode Hindu dan, (2) periode Islam. Tampaknya, yang dimaksud dengan periode
kedua Kerajaan Selaparang (periode Islam) adalah Kerajaan Lombok yang
memindahkan ibukota ke Selaparang, sehingga disebut Kerajaan Selaparang.
Kerajaan Lombok atau
Selaparang ini terus berkembang, sehingga Kerajaan Gelgel di Bali merasa
mendapat saingan. Karena itu, Gelgel yang merasa sebagai pewaris kebesaran
Majapahit kemudian menyerang Lombok (Selaparang) pada tahun 1520 M. Namun,
serangan ini berhasil digagalkan oleh Selaparang. Dalam perkembangannya,
Kerajaan Gelgel sendiri kemudian juga mengalami kemunduran.
7.
Pariwisata di pulau Lombok
Kalau kita lihat dari aspek sejarah, orang Sasak bisa jadi berasal Jawa, Bali, Makassar dan Sumbawa. Tapi bisa juga ke empat etnis tersebut bukan Papuk Bloq orang sasak, melainkan hanya memberi pengaruh besar pada perkembangan Suku Sasak.
Kalau kita lihat dari aspek sejarah, orang Sasak bisa jadi berasal Jawa, Bali, Makassar dan Sumbawa. Tapi bisa juga ke empat etnis tersebut bukan Papuk Bloq orang sasak, melainkan hanya memberi pengaruh besar pada perkembangan Suku Sasak.
Pulau Lombok yang
memiliki luas 473.780 hektare ini tak hanya menyimpan kekayaan wisata alam
semata. Bicara Pulau Lombok maka pikiran menerawang ke hamparan pantai Senggigi
yang eksotis, indah, dan menawan. Pantai berpasir putih dengan deburan ombak
kecilnya ini sayang untuk dilewatkan. Tak heran bila banyak wisatawan
mancanegara maupun wisatawan Nusantara menyinggahinya.
Lombok dalam banyak
hal mirip dengan Bali, dan pada dasawarsa tahun 1990-an mulai dikenal wisatawan
mancanegara. Namun dengan munculnya krismon dan krisis-krisis lainnya, potensi
pariwisata agak terlantarkan. Lalu pada awal tahun 2000 terjadi kerusuhan
antar-etnis dan antar agama di seluruh Lombok sehingga terjadi pengungsian
besar-besaran kaum minoritas. Mereka terutama mengungsi ke pulau Bali.
Berikut beberapa objek
wisata di Lombok yang sayang dilewatkan. Diantaranya:
1) Wisata Alam
a) Mataram dan Cakranegara
Kota Mataram adalah ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Kota Mataram terdiri dari 6 (Enam) Kecamatan yaitu Kecamatan Ampenan, Cakranegara, Mataram, Pejanggik, Selaparang, Sekarbela, dengan 50 kelurahan dan 297 Lingkungan. Kota Mataram terletak pada 08° 33’ – 08° 38’ Lintang selatan dan 116° 04’ – 116° 10’ Bujur Timur. Selain ibukota propinsi, Mataram juga telah menjadi pusat pemerintahan, pendidikan, perdagangan, industri dan jasa, serta saat ini sedang dikembangkan untuk menjadi kota pariwisata.
1) Wisata Alam
a) Mataram dan Cakranegara
Kota Mataram adalah ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Kota Mataram terdiri dari 6 (Enam) Kecamatan yaitu Kecamatan Ampenan, Cakranegara, Mataram, Pejanggik, Selaparang, Sekarbela, dengan 50 kelurahan dan 297 Lingkungan. Kota Mataram terletak pada 08° 33’ – 08° 38’ Lintang selatan dan 116° 04’ – 116° 10’ Bujur Timur. Selain ibukota propinsi, Mataram juga telah menjadi pusat pemerintahan, pendidikan, perdagangan, industri dan jasa, serta saat ini sedang dikembangkan untuk menjadi kota pariwisata.
Keberadaan berbagai
fasilitas penunjang seperti fasilitas perhubungan seperti Bandara Internasional
Selaparang sebagai pintu masuk Lombok melalui udara, pusat perbelanjaan, dan
jalur transportasi yang menghubungkan antar kabupaten dan propinsi inilah yang
menjadi pertimbangan dalam pengembangan Kota Mataram menjadi kota pariwisata.
Mataram sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Lombok Barat sebelum terjadi
pemekaran wilayah. Kini, ibukota Kabupaten Lombok Barat di pindahkan ke Giri
Menang Gerung.
b) Narmada
Taman Narmada, 11 kilometer di timur kota Mataram, dibangun pada tahun 1727 oleh Raja Anak Agung Gede Ngurah Karang Asem sebagai taman yang indah sekaligus tempat untuk memuja Shiva. Kolamnya yang besar disebut sebagai miniatur Segara Anakan, danau kawah dari gunung berapi Rinjani dimana mereka biasanya melakukan pemujaan dengan melemparkan barang berharga ke dalam air. Sejalan dengan orang-orang yang terlalu tua untuk mencapai gunung setinggi 3,726 meter, mereka membuat Narmada untuk mewakilkan gunung dan danaunya. Di dekat kolam terdapat tempat untuk pemujaan dan mata air yang dipercaya bias membuat awet muda.
Taman Narmada, 11 kilometer di timur kota Mataram, dibangun pada tahun 1727 oleh Raja Anak Agung Gede Ngurah Karang Asem sebagai taman yang indah sekaligus tempat untuk memuja Shiva. Kolamnya yang besar disebut sebagai miniatur Segara Anakan, danau kawah dari gunung berapi Rinjani dimana mereka biasanya melakukan pemujaan dengan melemparkan barang berharga ke dalam air. Sejalan dengan orang-orang yang terlalu tua untuk mencapai gunung setinggi 3,726 meter, mereka membuat Narmada untuk mewakilkan gunung dan danaunya. Di dekat kolam terdapat tempat untuk pemujaan dan mata air yang dipercaya bias membuat awet muda.
c) Pura Lingsar
Pura ini mungkin satu-satunya tempat pemujaan di dunia dimana Hindu dan Muslim datang untuk melakukan pemujaan. Kira-kira 7 kilometer di sebelah barat Narmada, pura ini dibangun pada tahun 1714 dan dibangun kembali pada tahun 1878 untuk melambangkan keharmonisan dan persatuan antara umat Bali Hindu dan Sasak Muslim di daerah tersebut, khususnya mereka yang mentaati peraturan sekolah Islam Wetu Telu yang unik. Pura Bali dibangun di tanah dataran tinggi, di belakang permukiman Muslim. Di tanah yang agak rendah adalah mata air dan di halaman pura adalah tempat diadakannya perang ketupat.
Pura ini mungkin satu-satunya tempat pemujaan di dunia dimana Hindu dan Muslim datang untuk melakukan pemujaan. Kira-kira 7 kilometer di sebelah barat Narmada, pura ini dibangun pada tahun 1714 dan dibangun kembali pada tahun 1878 untuk melambangkan keharmonisan dan persatuan antara umat Bali Hindu dan Sasak Muslim di daerah tersebut, khususnya mereka yang mentaati peraturan sekolah Islam Wetu Telu yang unik. Pura Bali dibangun di tanah dataran tinggi, di belakang permukiman Muslim. Di tanah yang agak rendah adalah mata air dan di halaman pura adalah tempat diadakannya perang ketupat.
d) Pura Agung Gunung Sari
Pura besar ini berada di atas perbukitan di Gunung Sari, kira-kira empat kilometer dari Mataram, adalah saksi sejarah perang Puputan yang terjadi pada 22 November 1894 antara putra mahkota terakhir dari pemimpin Bali, Anak Agung Nengah dan pengikutnya dengan para tentara Belanda di bawah pimpinan Jendral Van der Vetter.
Pura besar ini berada di atas perbukitan di Gunung Sari, kira-kira empat kilometer dari Mataram, adalah saksi sejarah perang Puputan yang terjadi pada 22 November 1894 antara putra mahkota terakhir dari pemimpin Bali, Anak Agung Nengah dan pengikutnya dengan para tentara Belanda di bawah pimpinan Jendral Van der Vetter.
e) Sukarare
Ini adalah desa tempat kerajinan tenun yang terletak di sebelah selatan Cakranegara. Lombok terkenal dengan kerajinan kain songketnya yang indah. Penduduk di desa ini telah mewarisi kerajinan ini secara turun temurun dari generasi ke generasi.
Ini adalah desa tempat kerajinan tenun yang terletak di sebelah selatan Cakranegara. Lombok terkenal dengan kerajinan kain songketnya yang indah. Penduduk di desa ini telah mewarisi kerajinan ini secara turun temurun dari generasi ke generasi.
f) Sengkol, pujut dan Rambitan
Waktu sepertinya tidak berputar di ketiga desa yang terletak di bagian selatan Lombok, yang menghubungkan kota mataram ke pantai Kuta. Seluruh rumah dan bangunan dibangun dengan gaya tradisional kuno dimana kehidupan mereka seakan-akan tidak mengikuti perubahan jaman. Padang gersangnya yang luas terlihat mengesankan dalam ketandusannya.
Waktu sepertinya tidak berputar di ketiga desa yang terletak di bagian selatan Lombok, yang menghubungkan kota mataram ke pantai Kuta. Seluruh rumah dan bangunan dibangun dengan gaya tradisional kuno dimana kehidupan mereka seakan-akan tidak mengikuti perubahan jaman. Padang gersangnya yang luas terlihat mengesankan dalam ketandusannya.
g) Pantai Batu Bolong
Terletak 9 km dari pusat kota Mataram, pantai ini mempunyai batu besar yang memiliki lubang di tengahnya. Sebuah pura berdiri menghadap selat Lombok dan di seberangnya terlihat garis batas Gunung Agung, Bali. Setelah berjemur, bersantai dan bersenang-senang di pantai yang indah, cobalah untuk menunggu sampai sore untuk menyaksikan pemandangan matahari terbenam yang menakjubkan yang pernah anda lihat ketika matahari perlahan mulai menghilang di balik Gunung Agung dengan warna-warnanya yang berkilauan.
Terletak 9 km dari pusat kota Mataram, pantai ini mempunyai batu besar yang memiliki lubang di tengahnya. Sebuah pura berdiri menghadap selat Lombok dan di seberangnya terlihat garis batas Gunung Agung, Bali. Setelah berjemur, bersantai dan bersenang-senang di pantai yang indah, cobalah untuk menunggu sampai sore untuk menyaksikan pemandangan matahari terbenam yang menakjubkan yang pernah anda lihat ketika matahari perlahan mulai menghilang di balik Gunung Agung dengan warna-warnanya yang berkilauan.
h) Taman Mayura
Taman Mayura adalah salah satu peninggalan dari kerajaan Karang Asem Bali yang dibangun oleh Rajanya A.A. Ngurah pada tahun 1744. Di tengah-tengah kolam besar terdapat bangunan yang disebut Balai Kambang yang dulunya dipergunakan sebagai pengadilan sekaligus juga sebagai balai pertemuan. Anehnya, arsitektur bangunan tersebut memperlihatkan pengaruh Hindu dan juga Islam, sedangkan di sekitar tempat itu, patung dibuat dari batu dengan nuansa haji.
Taman Mayura adalah salah satu peninggalan dari kerajaan Karang Asem Bali yang dibangun oleh Rajanya A.A. Ngurah pada tahun 1744. Di tengah-tengah kolam besar terdapat bangunan yang disebut Balai Kambang yang dulunya dipergunakan sebagai pengadilan sekaligus juga sebagai balai pertemuan. Anehnya, arsitektur bangunan tersebut memperlihatkan pengaruh Hindu dan juga Islam, sedangkan di sekitar tempat itu, patung dibuat dari batu dengan nuansa haji.
i) Pura Meru
Peninggalan Kerajaan Karang Asem yang lain adalah Pura Meru yang terletak di Cakranegara, dekat dari Mataram. Pura ini dibangun pada tahun 1720 di bawah pemerintahan Raja A.A. Made sebagai symbol persatuan umat Hindu di Lombok. Beberapa bangunan juga ditemukan di dalam kompleks pura ini, yang semuanya di desain untuk berbagai macam tujuan, termasuk 33 bangunan kecil yang terletak di sebelah pura utama.
Peninggalan Kerajaan Karang Asem yang lain adalah Pura Meru yang terletak di Cakranegara, dekat dari Mataram. Pura ini dibangun pada tahun 1720 di bawah pemerintahan Raja A.A. Made sebagai symbol persatuan umat Hindu di Lombok. Beberapa bangunan juga ditemukan di dalam kompleks pura ini, yang semuanya di desain untuk berbagai macam tujuan, termasuk 33 bangunan kecil yang terletak di sebelah pura utama.
j) Pantai Kuta
Dikenal juga dengan sebutan pantai Putri Nyale, Kuta yang terletak di pantai bagian selatan Lombok Tengah adalah satu dari pantai di Indonesia yang mempunyai pemandangan indah dan belum tersentuh. Dari Kuta menempuh jarak 5 km menuju Tanjung Aan, sebuah bentangan pasir putih di Samudera Hindia. Di sini tempat yang aman untuk berjemur dan berenang. Lebih jauh kea rah barat adalah pantai tempat untuk para peselancar. Setiap tahun, pada tanggal 19 di bulan kesepuluh pada kalender suku Sasak, ketika ikan Nyale muncul ke permukaan laut, Pantai Kuta menjadi ramai dengan berbagai macam festival.
Dikenal juga dengan sebutan pantai Putri Nyale, Kuta yang terletak di pantai bagian selatan Lombok Tengah adalah satu dari pantai di Indonesia yang mempunyai pemandangan indah dan belum tersentuh. Dari Kuta menempuh jarak 5 km menuju Tanjung Aan, sebuah bentangan pasir putih di Samudera Hindia. Di sini tempat yang aman untuk berjemur dan berenang. Lebih jauh kea rah barat adalah pantai tempat untuk para peselancar. Setiap tahun, pada tanggal 19 di bulan kesepuluh pada kalender suku Sasak, ketika ikan Nyale muncul ke permukaan laut, Pantai Kuta menjadi ramai dengan berbagai macam festival.
Para nelayan berlayar
ke laut sementara para pemuda pemudi berkumpul di pinggir pantai untuk
menikmati pesta, sambil menggoda satu sama lain dan mungkin bisa berlanjut ke
hubungan yang lebih serius.
k) Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan
Gili, dalam bahasa Sasak berarti “pulau”. Ketiga pulau ini terletak berdekatan di barat laut pulau Lombok. Di sekitar pulau dipenuhi dengan batu karang yang indah. Gili Air, pulau yang paling dekat, bias dicapai dengan 10 hingga 15 menit dengan perahu motor dari pelabuhan Bangsal, dekat Pamenang.
Gili, dalam bahasa Sasak berarti “pulau”. Ketiga pulau ini terletak berdekatan di barat laut pulau Lombok. Di sekitar pulau dipenuhi dengan batu karang yang indah. Gili Air, pulau yang paling dekat, bias dicapai dengan 10 hingga 15 menit dengan perahu motor dari pelabuhan Bangsal, dekat Pamenang.
l) Pantai Senggigi
Senggigi, di selatan Bangsal, memiliki pemandangan yang paling indah dan paling populer di pulau Lombok dengan banyak fasilitas akomodasi yang bagus. Batu karang tumbuh di pinggiran pantai.
Senggigi, di selatan Bangsal, memiliki pemandangan yang paling indah dan paling populer di pulau Lombok dengan banyak fasilitas akomodasi yang bagus. Batu karang tumbuh di pinggiran pantai.
m) Gunung Rinjani
Gunung Rinjani, gunung volcano yang masih aktif setinggi 3.726 meter, adalah satu dari gunung tertinggi di Indonesia. Di dasar kawah terdapat kaldera yang membentuk danau kawah gunung berapi Segara Anak, dikelilingi oleh tebing-tebing yang curam. Gunung ini populer di kalangan para pendaki. Sembalun Bumbung dan Sembalun Lawang adalah dua desa tradisional Sasak di kaki Gunung Rinjani.
Gunung Rinjani, gunung volcano yang masih aktif setinggi 3.726 meter, adalah satu dari gunung tertinggi di Indonesia. Di dasar kawah terdapat kaldera yang membentuk danau kawah gunung berapi Segara Anak, dikelilingi oleh tebing-tebing yang curam. Gunung ini populer di kalangan para pendaki. Sembalun Bumbung dan Sembalun Lawang adalah dua desa tradisional Sasak di kaki Gunung Rinjani.
n) Tepas, Sumbawa
Sebuah desa di kaki gunung Batu Lante, 60 kilometer arah selatan Sumbawa Besar, dimana rumah-rumah di desa ini dibangun dengan gaya arsitektur tradisional.
Sebuah desa di kaki gunung Batu Lante, 60 kilometer arah selatan Sumbawa Besar, dimana rumah-rumah di desa ini dibangun dengan gaya arsitektur tradisional.
o) Gunung Tambora, Sumbawa
Gunung berapi Tambora dengan ketinggian 2.820 meter ini sudah tidak aktif lagi sekarang. Terkenal dengan letusannya yang dahsyat pada 5 – 15 Juli 1815 dimana puing-puing berjatuhan, gas panas dan aliran lahar membunuh lebih dari 12.000 orang. Lebih dari 44.000 orang meninggal kelaparan diakibatkan oleh letusan tersebut. Di puncak gunung ini, kaldera besarnya sekarang terdapat dua danau yang warnanya berbeda. Dari lingkaran kawah, terlihat pemandangan dari pulau, laut, Gunung Rinjani, dan pulau Lombok di kejauhan yang indah. Gunung ini menempati hampir seluruh semenanjung Sanggar.
Gunung berapi Tambora dengan ketinggian 2.820 meter ini sudah tidak aktif lagi sekarang. Terkenal dengan letusannya yang dahsyat pada 5 – 15 Juli 1815 dimana puing-puing berjatuhan, gas panas dan aliran lahar membunuh lebih dari 12.000 orang. Lebih dari 44.000 orang meninggal kelaparan diakibatkan oleh letusan tersebut. Di puncak gunung ini, kaldera besarnya sekarang terdapat dua danau yang warnanya berbeda. Dari lingkaran kawah, terlihat pemandangan dari pulau, laut, Gunung Rinjani, dan pulau Lombok di kejauhan yang indah. Gunung ini menempati hampir seluruh semenanjung Sanggar.
p) Pulau Moyo
Pulau Moyo, di muara teluk Saleh, mempunyai cagar alam dengan banteng liar, rusa, babi hutan dan berbagai variasi spesies burung. Untuk datang ke pulau ini lebih baik dilakukan pada saat musim panas yaitu antara bulan Juni hingga Agustus.
Pulau Moyo, di muara teluk Saleh, mempunyai cagar alam dengan banteng liar, rusa, babi hutan dan berbagai variasi spesies burung. Untuk datang ke pulau ini lebih baik dilakukan pada saat musim panas yaitu antara bulan Juni hingga Agustus.
q) Bima, Sumbawa
Istana kesultanan Bima sekarang sudah dijadikan Museum. Desa Dara berjarak dua kilometer dari Kota Bima yang berada di sebelah timur Sumbawa, dipercaya adalah tempat kerajaan Bima di masa lampau.
Istana kesultanan Bima sekarang sudah dijadikan Museum. Desa Dara berjarak dua kilometer dari Kota Bima yang berada di sebelah timur Sumbawa, dipercaya adalah tempat kerajaan Bima di masa lampau.
r) Sape, Sumbawa
Para pembuat kapal membuat kapal layar secara tradisional di kota pelabuhan di pantai timur Sumbawa. Sape adalah tempat keberangkatan yang lebih dekat untuk perjalanan ke Pulau Komodo, tempat kadal Komodo prasejarah berada.
Para pembuat kapal membuat kapal layar secara tradisional di kota pelabuhan di pantai timur Sumbawa. Sape adalah tempat keberangkatan yang lebih dekat untuk perjalanan ke Pulau Komodo, tempat kadal Komodo prasejarah berada.
s) Pantai-pantai
Pantai lain yang juga bagus bias anda jumpai di Talolai dan Hangawera di bagian utara Bima dan Lunyuk di pantai selatan Sumbawa.
Pantai lain yang juga bagus bias anda jumpai di Talolai dan Hangawera di bagian utara Bima dan Lunyuk di pantai selatan Sumbawa.
t) Pantai Hu’u (Kabupaten Dompu)
Pantai pasir putih yang indah terletak di Samudera Hindia. Pantai ini terkenal dengan ombaknya yang besar dan panjang yang bagus untuk berselancar. Pantai ini dikelilingi oleh panorama yang cantik. Jaraknya apabila ditempuh dari Dompu sekitar 37 km, bisa ditempuh menggunakan mobil, dan di sini terdapat akomodasi yang simpel untuk para pengunjung.
Pantai pasir putih yang indah terletak di Samudera Hindia. Pantai ini terkenal dengan ombaknya yang besar dan panjang yang bagus untuk berselancar. Pantai ini dikelilingi oleh panorama yang cantik. Jaraknya apabila ditempuh dari Dompu sekitar 37 km, bisa ditempuh menggunakan mobil, dan di sini terdapat akomodasi yang simpel untuk para pengunjung.
u) Pantai Ule (Kabupaten Bima)
Pantai yang tenang dengan pasir putih yang indah terletak di teluk Bima dengan pulau kecil yang indah yang disebut Pulau Kambing. Di sini terdapat kolam ikan dan pohon garoso (buah tropis) di sepanjang pantai. Orang lokal biasanya menghabiskan liburan mereka di sana.
Pantai yang tenang dengan pasir putih yang indah terletak di teluk Bima dengan pulau kecil yang indah yang disebut Pulau Kambing. Di sini terdapat kolam ikan dan pohon garoso (buah tropis) di sepanjang pantai. Orang lokal biasanya menghabiskan liburan mereka di sana.
v) Pantai Wane (Kabupaten Bima)
Terletak 60 km dari kota Bima dan bisa ditempuh dengan mobil. Pantai ini memiliki pasir putih dan ombak yang besar, cocok untuk berselancar.
Terletak 60 km dari kota Bima dan bisa ditempuh dengan mobil. Pantai ini memiliki pasir putih dan ombak yang besar, cocok untuk berselancar.
2) Wisata sejarah
Di pulau Lombok terdapat beberapa tempat untuk melihat dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah peninggalan kerajaan Islam dan Hindu, seperti di wilayah Kabupaten Lombok Timur terdapat bekas peninggalan kerajaan Islam terbesar Pulau Lombok yaitu Kerajaan Islam Selaparang yang sekarang diabadikan namanya oleh salah satu Bandara di Pulau Lombok yaitu Bandara Selaparang. Selain itu terdapat pula peninggalan Masjid di Kabupaten Lombok Utara pada waktu penyebaran agama Islam pertama di Pulau Lombok yaitu Masjid Bayan Beleq, tempat ini berlokasi di Kecamatan Bayan dan dapat di tempuh dengan kendaraan Pribadi sekitar 3 Jam. Selain itu terdapat juga Tirta Yatra (yang merupakan peninggalan kerajaan Karangasem).
Di pulau Lombok terdapat beberapa tempat untuk melihat dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah peninggalan kerajaan Islam dan Hindu, seperti di wilayah Kabupaten Lombok Timur terdapat bekas peninggalan kerajaan Islam terbesar Pulau Lombok yaitu Kerajaan Islam Selaparang yang sekarang diabadikan namanya oleh salah satu Bandara di Pulau Lombok yaitu Bandara Selaparang. Selain itu terdapat pula peninggalan Masjid di Kabupaten Lombok Utara pada waktu penyebaran agama Islam pertama di Pulau Lombok yaitu Masjid Bayan Beleq, tempat ini berlokasi di Kecamatan Bayan dan dapat di tempuh dengan kendaraan Pribadi sekitar 3 Jam. Selain itu terdapat juga Tirta Yatra (yang merupakan peninggalan kerajaan Karangasem).
Istana
Air Mayura (Bukti bahwa perbedaan
itu Indah)
Istana Air Mayura dibangun oleh Anak Agung Anglurah Made Karang Asem pada tahun 1744. Beliau adalah seorang Raja yang membesarkan Kerajaan Karangasem di Lombok. Dahulu tempat tersebut yangbernama Kelepuk adalah hutan belantara yang banyak dihuni oleh ular berbisa. Sewaktu akan membangun tempat Mayura, Raja Bali tersebut meminta bantuan kepada Raja Makassar yang kemudian mengirimkan burung merak untuk menakut-nakuti ular di tempat tersebut. Sehingga nama tempat tersebut diganti menjadi Mayora, dalam bahasa sanskerta berarti burung merak. Dalam lidah orang Lombok, berubah menjadi Mayura (dibaca Mayure).
Istana Air Mayura dibangun oleh Anak Agung Anglurah Made Karang Asem pada tahun 1744. Beliau adalah seorang Raja yang membesarkan Kerajaan Karangasem di Lombok. Dahulu tempat tersebut yangbernama Kelepuk adalah hutan belantara yang banyak dihuni oleh ular berbisa. Sewaktu akan membangun tempat Mayura, Raja Bali tersebut meminta bantuan kepada Raja Makassar yang kemudian mengirimkan burung merak untuk menakut-nakuti ular di tempat tersebut. Sehingga nama tempat tersebut diganti menjadi Mayora, dalam bahasa sanskerta berarti burung merak. Dalam lidah orang Lombok, berubah menjadi Mayura (dibaca Mayure).
Mayura mempunyai 6
bangunan utama yaitu, Kolam air, Bale Loji (tempat penyimpanan pusaka), Bale
Tunggu, Bale Kambang, Pura Milu Kelepuk, dan Pura Jagad Nata. Dalam komplek ini
tersedia taman-taman yang asri dan enak digunakan untuk bersantai. Cukup banyak
muda-mudi bersantai di sana.
Namun yang menarik
adalah bangunan Bale Kambang yang berada di tengah-tengah kolam air. Di sekitar
Bale Kambang ini dihiasi oleh patung-patung bercirikan orang muslim, yaitu
Arab, Muslim Cina, dan Jawa. patung orang Muslim tersebut berdiri di bagian
Barat, Timur dan Utara dari Bale Kambang berdampingan dengan bangunan linggih
yang sangat kental nuansa Hindu Balinya.
Bangunan Bale kambang
adalah bangunan tempat bersidang dan menerima tamu kerajaan Bali Karangasem
dulunya. Kental dengan dengan ciri-ciri Hindu, termasuk juga ornamen-ornamen di
sekitarnya. Diberi nama Bale Kambang, karena posisinya ditengah-tengah kolam
air, seakan mengambang diatas air. Dahulu juga ada bangunan penjara di
sampingnya. Namun sayang besi-besi penjara tersebut sudah tergerus oleh air dan
waktu.
Menurut informasi yang
di dapat, keberadaan patung orang Muslim di antara bangunan Hindu tersebut
adalah untuk membuktikan kerukunan di Lombok sekaligus untuk mengenang bahwa
Raja Bali dulu pernah dibantu oleh Kerajaan Makassar yang muslim. Selain itu
juga untuk mengenang bahwa Islam dibawa masuk ke Lombok oleh orang Makassar,
Arab, dan China. Untuk yang dari China ditenggarai merupakan salah satu anggota
rombongan laksamana Ceng Ho, seorang panglima Muslim dari Cina yang sangat
terkenal.
Istana Air Mayura ini menjadi peninggalan sejarah yang selalu mengingatkan kepada kita untuk selalu hidup berdampingan dalam perbedaan dengan saling menghormati dan menghargai.
Istana Air Mayura ini menjadi peninggalan sejarah yang selalu mengingatkan kepada kita untuk selalu hidup berdampingan dalam perbedaan dengan saling menghormati dan menghargai.
3) Wisata Religi
Perjalanan spiritual ini adalah perjalanan persembahyangan mengunjungi beberapa pura yang merupakan peninggalan kerajaan karangasem Lombok.
Perjalanan ini diawali dengan mengunjungi Pura Jagatnatha Mayura yang merupakan istana Raja Karangasem Lombok, yang dibangun pada tahun 1744. Istana ini terkenal dengan Bale Kambangnya yang berfungsi sebagai pegadilan pada jamannya. Setelah itu perjalanan spiritual akan dilanjutkan menuju Pura Meru yang dibangun pada tahun 1720 pada jaman penjajahan Belanda. Pura ini juga dijadikan sebagai benteng pertahanan pada waktu menghadapi agresi Belanda ke II. Pada saat agresi Belanda ke II ini salah satu jendral Belanda gugur ditangan para kesatrya bali (Lombok.) jendral Van Ham gugur ditangan para kesatrya bali yang gagah berani. Jendral Van Ham dimakamkan dipemakaman umum umat Hindu di Karang Jangkong Mataram.
Perjalanan spiritual ini adalah perjalanan persembahyangan mengunjungi beberapa pura yang merupakan peninggalan kerajaan karangasem Lombok.
Perjalanan ini diawali dengan mengunjungi Pura Jagatnatha Mayura yang merupakan istana Raja Karangasem Lombok, yang dibangun pada tahun 1744. Istana ini terkenal dengan Bale Kambangnya yang berfungsi sebagai pegadilan pada jamannya. Setelah itu perjalanan spiritual akan dilanjutkan menuju Pura Meru yang dibangun pada tahun 1720 pada jaman penjajahan Belanda. Pura ini juga dijadikan sebagai benteng pertahanan pada waktu menghadapi agresi Belanda ke II. Pada saat agresi Belanda ke II ini salah satu jendral Belanda gugur ditangan para kesatrya bali (Lombok.) jendral Van Ham gugur ditangan para kesatrya bali yang gagah berani. Jendral Van Ham dimakamkan dipemakaman umum umat Hindu di Karang Jangkong Mataram.
Perjalanan dilanjutkan
menuju pura Kalasa Narmada yang sangat terkenal dengan Tirtha awet mudanya.
Narmada diambil dari salah satu nama sungai suci di India yang merupakan salah
satu anak sungai Gangga. Narmada merupakan miniature Gunung Rinjani dan
dibangun pada tahun 1805 yang oleh raja pada saat itu digunakan sebagai istana
musim kemarau. Pura Kalasa Narmada sangat erat kaitannya dengan pura Mayura
(istananya) dan gunung Rinjani. Karena waktu raja berkuasa, selalu melakukan
upacara pulang pakelem di danau Segara Anak, tepatnya pada purnamaning sasih
kalima (5) untuk memohon hujan pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan pada Bhatare
Bhatari yang melingga disana. Saat usia raja semakin lanjut, maka beliau
membangun Taman Narmada sebagai miniature gunung rinjani lengkap dengan
miniature danau segara anak.
8.
Wisata budaya (Perang Topat,
tradisi pencerminan kerukunan beragama di Lombok)
Sore itu Jumat (12/12/08) ribuan warga Sasak (Lombok) dan umat Hindu berbaur di Pura Lingsar, KecamatanLingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat untuk merayakan “Perang Topat” yakni tradisi saling lempar dengan menggunakan ketupat.
Sore itu Jumat (12/12/08) ribuan warga Sasak (Lombok) dan umat Hindu berbaur di Pura Lingsar, KecamatanLingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat untuk merayakan “Perang Topat” yakni tradisi saling lempar dengan menggunakan ketupat.
Dengan menggunakan
pakaian adat ribuan warga Sasak dan umat Hindu bersama-sama dengan damai
merayakan upacara keagamaan yang dirayakan tiap tahun di Pura Lingsar tepatnya
setiap purnama ke-7 menurut kalender Sasak.
Tradisi Perang Topat
yang diadakan di Pura terbesar di Lombok peninggalan kerajaan Karangasem
itu merupakan pencerminan dari kerukunan umat beragama di Lombok. Prosesi
Perang Topat dimulai dengan mengelilingkan sesaji berupa makanan, buah, dan
sejumlah hasil bumi sebagai sarana persembahyangan dan prosesi ini didominasi
masyarakat Sasak dan beberapa tokoh umat Hindu yang ada di Lombok. Sarana
persembahyangan seperti kebon odek, sesaji ditempatkan didalam Pura Kemalik.
Prosesi kemudian
dilanjutkan dengan perang topat, bertepatan dengan gugur bunga waru atau dalam
bahasa Sasaknya “rorok kembang waru” yakni menjelang tenggelamnya sinar
matahari sekitar pukul 17.30. Perang topat merupakan rangkaian pelaksanaan
upacara pujawali yaitu upacara sebagai ungkapan rasa syukur umat manusia yang
telah diberikan keselamatan, sekaligus memohon berkah kepada Sang Pencipta.
[Foto dan teks: Ahmad Subaidi/ANTARAMataram.com]
9.
Lalu lintas
Pulau Lombok yang berada hanya beberapa mil dari Pulau Bali, dengan penerbangan hanya 20 menit Anda sudah sampai di Pulau Kayangan atau sebutan lain dari Pulau Lombok, terdiri dari tiga Kabupaten dan satu Kota Madya (Mataram) : yaitu Kabupaten Lombok dengan Ibu Kotanya yang baru di Gerung. Lombok Tengah dengan Ibu Kotanya Praya dan Lombok Timur dengan Ibu Kotanya Selong.
Pulau Lombok yang berada hanya beberapa mil dari Pulau Bali, dengan penerbangan hanya 20 menit Anda sudah sampai di Pulau Kayangan atau sebutan lain dari Pulau Lombok, terdiri dari tiga Kabupaten dan satu Kota Madya (Mataram) : yaitu Kabupaten Lombok dengan Ibu Kotanya yang baru di Gerung. Lombok Tengah dengan Ibu Kotanya Praya dan Lombok Timur dengan Ibu Kotanya Selong.
Airport Selaparang
terletak di Mataram, ibu kota provinsi dan kota terbesar di pulau ini. Berbagai
macam maskapai penerbangan beroperasi dari/ke Denpasar di Bali (25 menit
penerbangan). Kapal ferry menghubungkan Pelabuhan Lembar/Lombok dengan Pelabuhan
Padang Bai/Bali dalam waktu 1.5 jam dengan speed boat atau 4-6 jam dengan ferry
normal, bias juga menuju Gili langsung dari Padang Bai. Taksi dan minivan juga
menyediakan transportasi untuk ke semua tempat di pulau.
Jalan-jalan utama
kebanyakan dalam kondisi yang sangat bagus, karena jalan-jalan kecil sering
kali berbahaya untuk mengemudi. Penyewaan motor dan mobil juga terdapat di
pusat pariwisata.
10.
Pembagian administratif pemerintahan
Lombok termasuk provinsi Nusa Tenggara Barat dan pulau ini sendiri dibagi menjadi empat Daerah Tingkat II:
1. Kota Mataram
2. Kabupaten Lombok Barat
3. Kabupaten Lombok Tengah
4. Kabupaten Lombok Timur
Lombok termasuk provinsi Nusa Tenggara Barat dan pulau ini sendiri dibagi menjadi empat Daerah Tingkat II:
1. Kota Mataram
2. Kabupaten Lombok Barat
3. Kabupaten Lombok Tengah
4. Kabupaten Lombok Timur
5.
Geografi, topografi dan demografi
Selat ombok adalah batas flora dan fauna Asia. Mulai dari Lombok ke arah timur, flora dan fauna menunjukkan ciri-ciri khas Australia. Ilmuwan yang pertama kali menyatakan hal ini adalah Alfred Russel Wallace, seorang Inggris di abad ke-19. Untuk menghormatinya maka batas ini disebut Garis Wallace.
Selat ombok adalah batas flora dan fauna Asia. Mulai dari Lombok ke arah timur, flora dan fauna menunjukkan ciri-ciri khas Australia. Ilmuwan yang pertama kali menyatakan hal ini adalah Alfred Russel Wallace, seorang Inggris di abad ke-19. Untuk menghormatinya maka batas ini disebut Garis Wallace.
Topografi pulau ini
didominasi oleh gunung berapi Rinjani yang ketinggiannya adalah 3.726 meter di
atas permukaan laut dan membuatnya yang ketiga tertinggi di Indonesia. Daerah
selatan pulau ini adalah sebuah ladang terbuka bebas yang subur dan ditanami
dengan jagung, padi, kopi, tembakau dan kapas.
Sekitar 80% penduduk
pulau ini adalah suku Sasak, sebuah suku bangsa yang masih dekat dengan suku
bangsa Bali, tetapi sebagian besar memeluk agama Islam. Sisa penduduk adalah
orang Bali, Jawa, Tionghoa dan Arab.
11.
Penutup
Demikianlah penjelasan singkat mengenai asal usul dan apa saja yang menyangkut kehidupan masyarakat di Pulau Lombok. Semua data yang ada dalam tulisan ini masih jauh dari sempurna. Semua dikarenakan keterbatasan data dan informasi yang di dapatkan. Untuk itu kami sangat mengharapkan dukungan informasi dari para pembaca sekalian sebagai bahan masukan dan koreksi. Dengan harapan bahwa sejarah masa lalu dari pulau Lombok ini menjadi kian jelas dan bisa lebih membangkitkan kecintaan setiap generasi muda Indonesia, khususnya putra-putri Lombok.
Demikianlah penjelasan singkat mengenai asal usul dan apa saja yang menyangkut kehidupan masyarakat di Pulau Lombok. Semua data yang ada dalam tulisan ini masih jauh dari sempurna. Semua dikarenakan keterbatasan data dan informasi yang di dapatkan. Untuk itu kami sangat mengharapkan dukungan informasi dari para pembaca sekalian sebagai bahan masukan dan koreksi. Dengan harapan bahwa sejarah masa lalu dari pulau Lombok ini menjadi kian jelas dan bisa lebih membangkitkan kecintaan setiap generasi muda Indonesia, khususnya putra-putri Lombok.
Semoga kita tetap bisa
melestarikan kepedulian terhadap sejarah dan kenangan masa lalu. Karena dengan
begitu kita pun telah melestarikan hidup dan kehidupan.