Selasa, 23 Oktober 2012


WISATA BUDAYA DI LOMBOK
Selamat datang di nankz maniek blog, saya menawarkan informasi lengkap tentang wisata budaya yang ada di pulau Lombok dan sekitarnya detail dibawah ini :

1. BAU NYALE
Kabupaten Lombok Tengah adalah salah satu daerah Tingkat II di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Di daerah ini terdapat sebuah kawasan wisata pantai yang sangat menarik dan ramai dikunjungi oleh para wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Kawasan tersebut adalah Pantai Seger Kuta, terletak di bagian Selatan pulau Lombok, kira-kira 65 kilometer dari kota Mataram. Keindahan pantai ini membuat para wisatawan menjadi kagum menyaksikan panorama alamnya. Airnya yang jernih dan tenang menjadikan pantai ini sangat ideal untuk berenang. Selain keindahan alamnya, Pantai Seger Kuta juga memiliki daya tarik lain yang tidak kalah eksotisnya bagi para wisatawan. Setiap setahun sekali, yaitu antara bulan Februari dan Maret, di tempat ini diselenggarakan sebuah pesta atau upacara yang dikenal dengan Bau Nyale. Kata bau berasal dari bahasa Sasak yang berarti menangkap, sedangkan kata nyale berarti sejenis cacing laut yang hidup di lubang-lubang batu karang di bawah permukaan laut.

Pesta Bau Nyale adalah sebuah peristiwa dan tradisi yang sangat melegenda dan mempunyai nilai sakral tinggi bagi suku Sasak, suku asli pulau Lombok. Keberadaan pesta Bau Nyale ini berkaitan erat dengan sebuah cerita rakyat yang berkembang di daerah Lombok Tengah bagian Selatan, tepatnya pada masyarakat Pujut, sebuah kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Lombok Tengah. Cerita tersebut mengisahkan tentang seorang putri yang sangat arif dan bijaksana, namanya Putri Mandalika. Ia adalah putri dari seorang Raja yang pernah memerintah di negeri Lombok. Wajahnya yang elok, tubuhnya yang ramping dan perangainya yang baik, membuat para pangeran dari berbagai negeri berkeinginan untuk memperistrinya. Setiap pangeran yang datang melamarnya, tidak ada yang ditolaknya. Namun, antara pangeran yang satu dan pangeran yang lainnya tidak menerima jika sang Putri yang cantik jelita itu diperistri oleh banyak pangeran. Hal inilah yang akan menimbulkan terjadinya perang antara pangeran yang satu dengan pangeran yang lainnya. Hal ini pulalah yang membuat Putri Mandalika merasa gelisah. Ia selalu termenung memikirkan bagaimana cara agar pertumpahan darah tidak terjadi. Apa yang akan dilakukan Putri Mandalika untuk menghindari terjadinya pertumpahan darah tersebut? Lalu, pangeran siapa yang berhasil memperistrikan Putri Mandalika? Untuk mengetahui jawabannya, ikuti kisahnya dalam cerita Putri Mandalika: Asal Mula Bau Nyale berikut ini.

Description: http://www.lombokwisata.com/images/wisata34.jpg
Description: http://www.lombokwisata.com/images/wisata35.jpg
Description: http://www.lombokwisata.com/images/wisata36.jpg


Asal Usul Upacara Bau nyale
Pada zaman dahulu kala, di pantai Selatan Pulau Lombok, berdiri sebuah kerajaan yang bernama Tunjung Bitu. Kerajaan tersebut diperintah oleh seorang Raja yang bernama Raja Tonjang Beru dengan permaisurinya, Dewi Seranting. Tonjang Beru adalah seorang raja yang arif dan bijaksana. Seluruh rakyatnya hidup makmur, aman dan sentosa. Mereka sangat bangga mempunyai raja yang arif dan bijaksana itu. Raja Tonjang Beru memiliki seorang Putri yang cantik jelita, cerdas dan bijaksana, namanya Putri Mandalika. Di samping cantik dan cerdas, Putri Mandalika juga terkenal ramah dan sopan. Tutur bahasanya sangat lembut. Seluruh rakyat negeri sangat sayang terhadap sang Putri.

Kecantikan dan keelokan perangai Putri Mandalika sudah tersohor ke berbagai negeri, bahkan sampai ke negeri seberang. Para pangeran dari berbagai kerajaan juga telah mendengar berita tersebut. Setiap pangeran yang melihat kecantikan dan keanggunan sang Putri menjadi mabuk kepayang. Seakan telah terjadwalkan, para pangeran tersebut datang secara bergantian untuk melamar sang Putri.

Suatu keanehan pada diri Putri Mandalika. Setiap pangeran yang datang melamarnya, tak satu pun yang ia tolak. Namun, para pangeran tersebut tidak menerima jika sang Putri diperistri oleh banyak pangeran. Maka mereka pun bersepakat untuk mengadu keberuntungan melalui peperangan. Siapa yang menang dalam peperangan itu, maka dialah yang berhak memperistri sang Putri.

2. LEBARAN TOPAT
Seminggu setelah melaksanakan Lebaran Tinggi (hari raya Idul Fitri), masyarakat Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia mengadakan Lebaran Topat (hari raya ketupat). Lebaran Topat merupakan penutup dari pelaksanaan puasa Sunnah Syawal yang dilaksanakan sejak tanggal 2 sampai 7 Syawal. Dalam masyarakat Lombok, Lebaran Topat juga dikenal dengan sebutan Lebaran Nine (lebaran wanita). Sebutan Lebaran Nine pada hari raya ketupat merupakan cara masyarakat Lombok untuk membedakan dengan Lebaran yang diadakan setelah berpuasa selama sebulan di bulan Ramadhan yang disebut Lebaran Mame (lebaran pria).
Biasanya makam keramat yang dikunjungi adalah Makam Loang Baloq dan Makam Batu Layar yang berada di kawasan Pantai Senggigi. Bagi yang rumahnya dekat dengan makam tersebut, biasanya datang ke sana dengan berjalan kaki. Sedangkan yang rumahnya jauh biasanya menggunakan cidomo, kereta kuda/dokar, yang telah dihiasi janur dan gantungan ketupat.

Sebelum sampai di daerah Makam Batulayar, para pengunjung yang punya niat tertentu (besangi), misalnya agar risqinya melimpah, menuju Lingkok Mas untuk mengambil air.

Sebelum meninggalkan makam, para pengunjung mengambil air makam yang berisi kembang setaman dan memasukkannya ke dalam botol untuk dibawa pulang. Ada sebagian masyarakat yang percaya bahwa air makam tersebut dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Ada juga yang percaya bahwa air dari makam Batulayar itu dapat memperbanyak hasil pertanian.

Description: http://www.lombokwisata.com/images/wisata37.jpg
Description: http://www.lombokwisata.com/images/wisata38.jpg
Description: http://www.lombokwisata.com/images/wisata39.jpg

Dalam perayaan Lebaran Topat di Lombok, Nusa Tenggara Barat, kita dapat mengetahui bahwa perayaan tersebut bukan hanya merupakan sebuah tradisi ritual tanpa makna, disamping merupakan salah satu potensi wisata budaya, perayaan tersebut mengandung dua dimensi yaitu dimensi sakral dan sosial. Dimensi sakral berkaitan dengan persepsi dan pengharapan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan dimensi sosial berkaitan dengan upaya menjaga harmoni kehidupan antar sesama.

Penggunaan ketupat yang berbentuk segi empat sebagai nama Lebaran dan menu makan utamanya merupakan khasanah kearifan lokal masyarakat untuk mengingatkan manusia terhadap asal muasalnya. Ketupat berbentuk segi empat menunjukkan bahwa manusia terdiri dari air, tanah, api dan angin.

Lebaran Topat juga bisa diartikan menjauhkan diri dari nafsu kebendaan dan membersihkan batin dari sikap dengki dan iri hati setelah nuraninya terjerembab oleh ego dan kemeriahan budaya materi yang semu. Ritual berseraup atau membasuh muka dengan air memberi makna bahwa tindakan tersebut merupakan cara untuk membersihkan kotoran yang melekat di wajah. Jika wajah dan hatinya bersih, maka orang itu tidak akan sakit baik secara fisik ataupun mental. Selain itu, Lebaran Topat juga dapat menjadi otokritik dan introspeksi bagi manusia untuk mengenal kembali jati dirinya setelah menempuh perjalanan hidup selama satu tahun, yang banyak diwarnai dengan dosa individual dan dosa sosial. Selain itu, acara makan ketupat bersama-sama menunjukkan masih terpeliharanya nilai-nilai kebersamaan di antara mereka.

3. MANDI SHAFAR / REBO BONTONG
Adalah salah satu bentuk Upacara Ritual, yang hidup didaerah pinggir sungai, maupun pesisir pantai di-Pulau Lombok,provinsi Nusa Tenggara Barat.
Apabila kita memperhatikan dari segi proses, maupun dari segi waktu pelaksanaannya, upacara Mandi Shafar atau Rebo Bontong, merupakan perpaduan tradisi dan unsur agama. Secara turun temurun masyarakat suku Sasak, meyakini bahwa sejak malam Rabu sampai dengan hari Rabu pada minggu terakhir bulan Shafar, Allah Subhanahu Wata'ala menurunkan banyak bala' kedunia.Selanjutnya mengapa dikatakan Rebo Bontong, menurut bahasa Sasak, Rebo artinya hari Rabu, sedangkan Bontong berarti ujung, terakhir, sehingga Rebo Bontong berarti Rabu terakhir pada bulan Shafar.

Description: http://www.lombokwisata.com/images/wisata40.jpg
Description: http://www.lombokwisata.com/images/wisata41.jpg
Description: http://www.lombokwisata.com/images/wisata42.jpg

4. PERANG TOPAT
Ribuan orang di Pulau Lombok tumpah ruah di sekitar Pura Lingsar, mereka memadati lahan kosong di sekitar bangunan kuno tapi masih kokoh itu.

Prosesi demi prosesi pun diikuti dengan khidmat sebelum akhirnya aksi saling lempar sebagai rangkaian "Perang Topat" dimulai.

Perang Topat atau perang ketupat merupakan salah satu tradisi warisan leluhur suku Sasak (nama suku di pulau Lombok) dan suku Bali. Warisan budaya ini telah ada sejak 1759, dan hingga kini masih terpelihara dengan baik

Warga Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) khususnya yang beragama Islam dan Hindu, terus berupaya memupuk jalinan persaudaraan meskipun membentang perbedaan keyakinan.

Jalinan persaudaraan tersebut diwujudkan dalam sebuah ritual "Perang Topat" atau perang ketupat. Acara ini dipusatkan di Pura Lingsar yang dibangun oleh Raja Anak Agung Ngurah dari Kerajaan Karang Asem, Bali, yang memerintah bagian barat Pulau Lombok.

Pura Lingsar dibangun di Desa Lingsar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, berjarak kurang lebih sembilan kilometer dari Kota Mataram, Ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Pura Lingsar merupakan kompleks bangunan tempat persembahyangan yang sangat unik. Selain pura sebagai tempat persembahyangan bagi umat Hindu, di kompleks pura juga terdapat bangunan yang diberi nama "Kemalik" yaitu tempat yang dikeramatkan oleh sebagian orang suku Sasak.

Bangunan pura yang bernama Pura Gaduh terletak di bagian atas atau di sebelah utara menghadap ke barat, sedangkan "Kemalik" terdapat di bagian selatan. Kedua bangunan tersebut dibangun berarsitektur Bali.

Dalam kompleks Pura Lingsar juga terdapat taman, telaga, pancuran, dan lainnya yang menambah indah dan nyaman suasana. Khusus untuk telaga, sering dimanfaatkan oleh masyarakat dari berbagai pelosok Pulau Lombok, sebagai arena memancing karena pengelola telah menebar berbagai jenis ikan air tawar seperti karper dan mujair.

Ritual "Perang Topat" yang digelar setiap tahun pada bulan Purnama Sasih keenam menurut Kalender Bali dan ke pitu (tujuh) menurut kalender Sasak. Sebelum peperangan dimulai terlebih dahulu diadakan upacara Pujawali.

Upacara ini merupakan pencerminan rasa syukur kepada Sang Pencipta yang telah memberikan kemakmuran.

Persiapan upacara dilaksanakan beberapa hari sebelum acara pokok, untuk menyemarakkan suasana. Beberapa jenis kesenian tradisional dipertunjukkan sebelum dan sesudah upacara Pujawali.

Pujawali adalah upacara persembahyangan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan segala manifestasinya bahwa segala sesuatu sesungguhnya menjadi milik yang Kuasa.

Description: http://www.lombokwisata.com/images/wisata43.jpg
Description: http://www.lombokwisata.com/images/wisata44.jpg
Description: http://www.lombokwisata.com/images/wisata45.jpg

Usai prosesi Pujawali, barulah perang topat dimulai. Ketupat sebesar butir telur yang dipergunakan terlebih dahulu diarak oleh iring-iringan "Batek Baris" yakni belasan pasukan berpakaian ala kompeni Belanda, lengkap dengan senapan.

"Batek Baris" ini berada di barisan depan mengawal puluhan kaum ibu yang membawa ribuan ketupat dan sesajen dalam bentuk bunga dan buah-buahan menuju "Kemalik".

Ritual doa di "Kemalik" usai ketika rara' kembang waru (gugur bunga waru) sekitar pukul 17.00 WITA. Pada waktu inilah warga saling melempar dengan menggunakan ribuan ketupat berukuran sebesar butir telur yang dibuat warga desa.

Berbagai perangkat yang harus tersedia agar "Perang Topat" berjalan sesuai dengan warisan leluhur yakni rombong, sesaji, kebun odek, lamak, momot, kerbau dan ketupat.

Rombong atau lumbung kecil berisi beras ketan sebagai lambang kemakmuran dan kesejahteraan sosial, sedangkan sesaji (sajian) berupa dulang berjumlah sembilan buah yang berisi nasi yang mengandung arti sebagai lambang kesuburan alam dan kemakmuran rakyat.

5. MAULID NABI MUHAMMAD SAW.
Maulid Nabi Muhammad SAW kadang-kadang Maulid Nabi atau Maulud saja (bahasa Arab:
مولد، مولد النبي, mawlidun-nabī), adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang di Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad.

Perayaan Maulid Nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193). Adapula yang berpendapat bahwa idenya justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem dan sekitarnya.

Description: http://www.lombokwisata.com/images/wisata46.jpg
Description: http://www.lombokwisata.com/images/wisata47.jpg
Description: http://www.lombokwisata.com/images/wisata48.jpg


Masyarakat muslim di Indonesia umumnya menyambut Maulid Nabi dengan mengadakan perayaan-perayaan keagamaan seperti pembacaan shalawat nabi, pembacaan syair Barzanji dan pengajian. Menurut penanggalan Jawa bulan Rabiul Awal disebut bulan Mulud, dan acara Muludan juga dirayakan dengan perayaan dan permainan gamelan Sekaten.

Sebagian masyarakat muslim Sunni dan Syiah di dunia merayakan Maulid Nabi. Muslim Sunni merayakannya pada tanggal 12 Rabiul Awal sedangkan muslim Syiah merayakannya pada tanggal 17 Rabiul Awal, yang juga bertepatan dengan ulang tahun Imam Syiah yang keenam, yaitu Imam Ja'far ash-Shadiq.

Maulid dirayakan pada banyak negara dengan penduduk mayoritas Muslim di dunia, serta di negara-negara lain di mana masyarakat Muslim banyak membentuk komunitas, contohnya antara lain di India, Britania, Arab Saudi adalah satu-satunya negara dengan penduduk mayoritas Muslim yang tidak menjadikan Maulid sebagai hari libur resmi. Partisipasi dalam ritual perayaan hari besar Islam ini umumnya dipandang sebagai ekspresi dari rasa keimanan dan kebangkitan keberagamaan bagi para penganutnya.

Terdapat beberapa kaum ulama yang berpaham Salafi dan Wahhabi yang tidak merayakannya karena menganggap perayaan Maulid Nabi merupakan sebuah bid'ah, yaitu kegiatan yang bukan merupakan ajaran Nabi Muhammad SAW. Mereka berpendapat bahwa kaum muslim yang merayakannya keliru dalam menafsirkannya sehingga keluar dari esensi kegiatannya. Namun demikian, terdapat pula ulama yang berpendapat bahwa peringatan Maulid Nabi bukanlah hal bid'ah, karena merupakan pengungkapan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar